Rabu, 05 Maret 2014

FENOMENA PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT



PENDAHULUAN
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Pelapisan sosial terjadi dengan sendirinya dan dengan disengaja. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk pelapisan dan dasar dari pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat dan yang disengaja pelapisan yang disusun dengan ditunjukkan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasannya yang diberikan kepada seseorang.
Beberapa pemikiran tentang pelapisan sosial tentang pelapisan sosial ini muncul karena adanya ketidaksamaan status-status diantara individu-individu serta adanya ukuran tentang apa yang sangat dihargai dan dijadikan ukuran oleh masyarakat. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Hal ini juga berkaitan dengan pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Oleh karenanya didalam paper ini akan dibahas sedikit mengenai fenomena pendidikan dan masyarakat yang ada di sekitar kita.


PEMBAHASAN
FENOMENA PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT

Pendidikan mulai diterapkan sejak bayi berada dalam kandungan ibunya. Pendidikan keluarga pun mulai dilaksanakan sebagai pendidikan yang paling awal diterima oleh lingkungan si bayi. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh setiap orang dewasa atau orang tua kepada orang lain sejak yang bersangkutan dilahirkan.  Orang tua akan mengajarkan anaknya berjalan, berbicara, dan sopan santun. Dan proses sosialisasi merupakan proses awal untuk mengenal lingkungan sosial kemudian dipersiapkan untuk meneruskan nilai tradisi atau norma yang berlaku di masyarakat jika yang bersangkutan siap menerima. [1]
Wikipedia,  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Wikipedia,  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Indonesia merupakan salah satu negara yang tergolong masih rendah mutu sumber daya manuasianya. Hal ini dapat dilihat dari laporan UNDP tentang mutu Sumber Daya Manusia, menunjukan bahwa Indonesia berada pada urutan 109, jauh dibawah Malaysia (61) dan Brunei (32), disamping itu Indonesia masih kekurangan tenaga kerja berkualitas tinggi dan kurang dimanfaatkannya sebagian besar tenaga kerja karena menganggur atau setengah menganggur . keadaan ini akan terus berlanjut dimasa yang akan datang mengingat pertumbuhan angkatan kerja masih akan terus akan meningkat sementara kesempatan kerja yang tersedia akan semakin membutuhkan teknologi padat modal yang  hemat tenaga kerja.[2]
Dari pernyataan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik. Pendidikan bertalian dengan trasmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lain nya kepada generasi muda. Kelakuan manusia pada hakikat nya hampir seluruhnya bersifat sosial. Yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir semua yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah, tempat bermain, pekerjaan dan sebagainya. Dalam arti ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertama individu itu dengan anggota masyarakat lainnya, misalnya pada saat pertama kali bayi dibiasakan minum menurut waktu tertentu. Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kekuatan yang diharapkan pada saatnya tanpa ada nya guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya. Juga dalam masyarakat yang maju kebanyakan kebiasaan dan pola kelakuan yang pokok dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi informal. Bahasa, kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh melalui pendidikan tak formal.
Pengertian pendidikan menurut para ahli :
1.      Langeveld, Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
2.      John Dewey, Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
3.      Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Istilah “masyarakat” kerap dipadankan dengan istilah “sosial”. Istilah “masyarakat” sendiri pada mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa Arab, kemudian mengalami proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam bahasa Indonesia menjadi kata “serikat” yang kurang-lebih berarti “kumpulan” atau “kelompok yang saling berhubungan”.[3]
Definisi / Pengertian Masyarakat menurut beberapa ahli sosiologi dunia antara lain :
1)       Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2)       Menurut  Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3)      Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4)      Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh didasarkan stabil. Sehubungan dengan ini maka dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam pembentukannya mempunyai gejala yang sama. Istilah stratifikasi diambil dari bahasa Inggris yaitu stratification, berasal dari kata strata, atau stratum yang berarti lapisan. Oleh sebab itu social stratification sering diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat atau pelapisan sosial. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakat dikatakan berada dalam suatu lapisan stratum. Pitirim A. Sorokin memberikan definisi suatu masyarakat sebagai berikut : suatu masyarakat ialah perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hiearchis).[4]
Proses terbentuknya suatu masyarakat biasanya berlangsung tanpa disadari yang diikuti oleh hampir sebagian besar anggota masyarakat. Dorongan manusia untuk bermasyarakat antara lain:
1.   Pemenuhan kebutuhan dasar biologis, seperti papan (tempat tinggal), sandang, dan  pangan yang penyelenggaraannya akan lebih mudah dilaksanakan dengan kerja sama dari pada usaha perorangan.
2.    Kemungkinan untuk bersatu dengan manusia lain (bermasyarakat).
3.    Keinginan untuk bersatu dengan lingkungan hidupnya.
4.   Dengan memasyarakat kemungkinan untuk mempertahankan diri dalam menghadapi kekuatan alam, binatang dan kelompok lain lebih besar.
5.   Secara naluriah manusia mengembangkan keturunan melalui keluarga yang merupakan kesatuan masyarakat yang terkecil.
6.   Manusia mempunyai kecenderungan sosial, yaitu seluruh tingkah laku yang berkembang akibat interaksi sosial atau hubungan antar manusia. Dalam hidup bermasyarakat, kebutuhan dasar kejiwaan ingin tahu, meniru, dihargai, menyatakan rasa haru dan keindahan, serta memuja tertampung dalam hubungan antar manusia, baik antar individu maupun kelompok.
Perdebatan sekitar lahir dan terbentuknya masyarakat telah berlangsung semenjak era Plato. Kala itu, Plato yang berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk secara kodrati, berseberang-pandang dengan kaum sofis yang berargumen bahwa masyarakat merupakan bentukan manusia. Dapatlah ditilik, pandangan Plato lebih bersifat metafisik dan mengawang, sedang kaum sofis ilmiah-rasional.Dalam hal ini, kiranya pembahasan mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih dititik beratkan pada pandangan kaum sofis mengingat sifatnya yang ilmiah-rasional.

Merujuk pada perspektif terbentuknya masyarakat melalui “manusia” (antroposentris), ditemui bahwa pada mulanya individu yang berlainan jenis bertemu satu sama lain, kemudian membentuk keluarga. Lambat laun, entitas keluarga kian berkembang sehingga membentuk “keluarga besar” atau “suku”. Pada tahapan berikutnya, suku kian berkembang dan terbentuklah “wangsa”. Selanjutnya, wangsa-wangsa dengan ciri fisik dan kebudayaan yang sama membentuk “bangsa”. Tahapan termutakhir dari proses tersebut adalah lahirnya “negara-bangsa” sebagaimana kita temui saat ini.
 Menurut Kimmel and Aronson, masyarakat tidak sekonyong-konyong ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik melalui metode bottom-up maupun up-to-bottom. Individu-individu dan lembaga-lembaga di dalam masyarakat saling berinteraksi satu sama lain yang menyebabkan masyarakat juga dikatakan sebagai sekumpulan interaksi sosial yang terstruktur. Terstruktur diartikan bahwa setiap tindakan individu ketika berinteraksi dengan sesamanya tidaklah terjadi bergerak di ruang vakum karena terjadi dalam konteks sosial. Misalnya, interaksi tersebut berlangsung di dalam komunitas keluarga, kelompok keagamaan, hingga negara. Masing-masing konteks membutuhkan perilaku yang spesifik, berbeda-beda. Namun, keseluruhan interaksi tersebut diikat oleh norma serta dimotivasi oleh nilai-nilai yang diakui secara bersama. Kata sosial mengacu pada fakta bahwa tidak ada individu dalam masyarakat yang hidup sendiri. Individu selalu hidup di dalam keluarga, kelompok, dan jaringan. Kata interaksi mengacu pada cara berperilaku disaat berhubungan dengan orang lain. Akhirnya, dapat dikatan bahwa masyarakat diikat melalui struktur sosial. Perilaku hubungan ini berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lain.
Sejalan dengan pemahaman masyarakat diatas maka menurut teori sibernetiknya tentang General System Of Action (Ankie M.M.. Hoogvelt : 1985) menjelaskan bahwa suatu masyarakat akan dapat dianalisis dari sudut syarat-syarat fungsionalnya yaitu: Pertama, Fungsi mempertahankan pola (Pettern Maintenance). Fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem kebudayaan. Hal itu berarti mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi dari masyarakat, oleh kerena diorientasikan realitas yang terakhir. Kedua, Fungsi integrasi mencakup jaminan terhadap koordinasi yang diperlukan antara unit-unit dari suatu sistem sosial, khususnya yang berkaitan dengan kontribusinya pada organisasi dan peranannya dalam keseluruhan sistem. Ketiga, Fungsi pencapaian tujuan (Goal Attaindment) yakni berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem aksi kepribadian. Fungsi ini menyangkut penentuan tujuan-tujuan yang sangat penting bagi masyarakat, mobilisasi warga masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut; Keempat, fungsi adaptasi yakni berkenaan dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem organisme perilaku dan dengan dunia fisik organik. Hal ini secara umum menyangkut penyesuaian masyarakat terhadap kondisi-kondisi dari lingkungan hidupnya.[5]

A.    faktor-faktor dalam perkembangan manusia 
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai-bagai faktor yakni faktor biologis lingkungan alamiah, dan lingkungan sosial budaya. Mengutamakan salah satu aspek memberikan gambaran yang kurang tepat. kepribadian tak dapat dilepaskan dari aspek biologis. Lingkungan alamiah seperti iklim dan faktor-faktor geografis lainnya memberikan tempat dan bahan yang perlu bagi kehidupan seperti oksigen, bahan untuk produksi bahan makan, hujan, matahari, dan sebagainya.
Lingkungan alam merangsang bentuk kelakuan tertentu ,seperti laut untuk menangkap ikan, berlayar berdagang, padang rumput untuk ternak dan lain sebaginya. Faktor ketiga dalam perkembangan manusia ialah lingkungan sosial budaya, semua manusia hidup dalam suatu kelompok dan saling berhubungan melalui lambang-lanbang, khususnya Bahasa manusia mempelajari kelakuan dari ornag lain di lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial budaya mengandung dua unsur yakni :
1.      Unsur sosial yakni interaksi diaantara manusia
2.      Dan Unsur budaya yakni bentuk kelakauan yang sama yang terdapat dikalangan kelompok manusia.
Dalam proses sosialisasi manusia mengembangkan lambang-lambang sebgai alat komunikasi, bahasa yang memudahkan transmisi pengalaman kepada generasi muda. Seluruh pendidikan berlangsung melalui interaksi sosial.  Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnua bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Dan sebagian dari masyarakat kita pada umumnya beranggapan bahwa orang yang berpendidikan ialah orang yang telah bersekolah. Bila dalam mengisi formulir ditanyakan tentang pendidikan seseorang, maka yang dimaksud ialah sekolah-sekolah yang telah ditempuhnnya.
Melalui pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang. Boleh dikatakan hampir seluruh kelakuan individu bertaian dengan atau dipengaruhi oleh orang lain. Maka karena itu kepribadian pada hakikatnya gejala sosial. [6]

B.     Pendidikan dan Kebudayaan 
Setiap bangsa, setiap individu pada umumnya menginginkan pendidikan. Dengan pendidikan dimaksud disini pendidikan formal, makin banyak dan makin tinggi pendidikan makin baik. Bahkan diinginkan agar setiap warga negara melanjutkan pendidikannya sepanjang hidup.
Fungsi sekolah pada umumnya adalah pendidikan intelektual, yakni “mengisi otak” anak oleh dengan berbgai pengetahuan. Walaupun banyak kritik terhadap pendidikan dan guru, walau sisitem pendidikan banyak mengandung kelemahan, namun pada umum nya orang percaya akan manfaat pendidikan. Bukan hanya jumlah anak bertamabah meliputi anak-anak dari semua golongan, termasuk mereka dari golongan rendah tingkat sekolah yang diinginkan anak pun senantiasa meningkat dan oleh sebab itu arus anak yang ingin memasuki.

C.     Fungsi Sekolah
1.       Sekolah menyiapkan anak untuk suatu pekerjaan
Anak yang telah menamatkan sekolah diharapkan sanggup melakukan pekerjaan sebagai mata pencarian atau setidaknya mempunyai dasar untuk mencari nafkahnya. Makin tinggi pendidikan, makin besar harapanya memperoleh pekerjaan yang baik. Ijazah masih tetap dijadikan syarat penting untuk suatu jabatan, walaupun ijazah itu sendiri belum menjamin kesiapan seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu. Akan tetapi dengan ijazah yang tinggi seorang dapat menjamin dan menguasai pekerjaan kepemimpinan atau tugas lain yang dipercayakan kepadanya. Memiliki ijazah perguruan tinggi merupakan bukti akan kesanggupan intelektualnya untuk menyelesaikan studinya yang tidak mungkin dicapai oleh orang yang rendah kemampuannya. Sekolah yang ditempuh seseorang banyak mementukan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang.

2.      Sekolah memberikan keterampilan dasar
Orang yang telah bersekolah setidak-tidaknya padai membaca, menulis, dan berhitung yang diperlakukan dalam masyarakat modern. Selain itu diperoleh sejumlah pengetahuan lain seperti sejarah, geografi, kesehatan, kewarganegaraan, fisika, biologi, bahasa, dan lain-lain yang membekali anak untuk melanjutkan pelajarannya, atau memperluas pandangan dan pemahamannya tentang masalah-masalah dunia.

3.      Sekolah membuka kesempatan untuk memperbaiki nasib
Sekolah sering dipandang sebagai jalan bagi mobilitas sosial. Melalui pendidikan orang dari golongan rendah dapat meningkat ke golongan yang lebih tinggi. Orang tua mengharapkan agar anak-anaknya mempunyai nasip yang lebih baik dan karena itu berusaha untuk menyekolahkan anaknya jika mungkin sampai memperolah gelar dari suatu perguruan tinggi, walaupun sering dengan pengorbanan yang besar mengenai pembiyayaannya. Tidak jarang anak seorang guru SD di desa, penyapu karangan sekolah, pedagang kecil atau sopir mempunyai anak di perguruan tinggi. Pada zaman sekarang sekolah menengah apa lagi sekolah rakyat yang tidak berarti lagi bagi mobilitas sosial atau memperbaiki status sosial seseorang. Akan tetapi gelar akademis sangat membantu untuk menduduki tempat yang terhormat dalam dunia pekerjaan. Mereka yang telah menduduki tempat tertinggi memandang pendidikan tinggi sebagai syarat mutlak untuk mempertahankan status sosialnya.

4.      Sekolah menyiapkan tenaga pembangunan
Bagi negara-negara berkembang, pendidikan dipandang sebagai alat yanga palinag ampuh untuk menyiapkan tenaga yang terampil dan ahli dala segala sektor pembangunan. Kekayaan alam hanya mengandung arti bila didukung oleh keahlian. Maka karena itu manusia merupakan sumber utama bagi pembangunan negara.

5.      Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial
Masalah-masalah sosial diharapkan dapat diatasi dengan mendidika generasai muda untuk mengelak atau mencegah penyakit-penyakit sosial seperti kejahatan, pertumbuahan penduduk yang melewati batas, pengrusakan lingkungan, kecelakaan lalu lintas, narkotika, dan sebagainya.

6.      Sekolah mentransmisi kebudayaan
Demi kelangsungan hidup bangsa dan negara, kepada generasi muda disampaikan nilai-nilai yang dijunjung oleh bangsa itu. Setipa warga negara diharapkan menghormati pahlawannya, menjujung tinggi nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang dan dengan demikian meresapkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa.

7.      Sekolah membentuk manusia yang sosial
Pendidikan diharapkan membentuk manusia sosial, yang dapat begaul dengan sesama manusia sekalipun berbeda-beda.

8.      Sekolah merupakan alat mentrasformasi kebudayaan
Sekolah, terutama Perguruan Tinggi diharapkan menambah pengetahuan dengan mengadakan pemenuan-penemuan baru yang dapat membawa perubahan dalam masyarakat.

9.      Sekolah juga dapat dipandang sebagai tempat penitipan anak, khusus nya anak-anak pra-sekolah.[7]

D.     Kontrol Sosial dan Pendidikan
Dengan kontrol sosial dalam arti yang luas dimaksud setiap usaha atau tindakan dari seseorang atau suatu pihak untuk mengatur orang lain. dalam arti yang sempit dengan kontrol sosial dimaksud pengendalian eksternal atas kelakuan individu oleh orang lain yang memegang otoritas atau kekuasaan. 

E.     Sekolah Sebagai Alat Kontrol dan Integrasi Sosial
Sekolah memegang peranan penting dalam sosialisasi anak-anak.ada empat cara yang dapat digunakan sekolah yakni:
a.         Transmisi kebudayaan ,termasuk norma-norma, nilai-nilai dan informasi melalui pengajaran secara langsung.
b.         Mengadakan kumpulan-kumpulan sosial seperti perkumpulan sekolah, pramuka, kelompok olah raga .dan lain-lain.
c.         Memperkenalkan anak-anak dengan tokoh yang dapat dijadikan anak sebagai model yang dapat ditiru kelakuannya.
d.        Menggunakan tindakan yang positif dan negatif untuk mengharuskan murid mengikuti kelakuan yang layak dalam bimbingan sosial.

F.     Kontrol Eksternal dan Pendidikan
Sumber kontrol. Kontrol langsung disekolah bersumber langsung pada sekolah dan guru. merekalah yang menentukan kelakuan yang bagaimana yang diharapkan murid-murid.Dalam hal guru menghadapi situasi yang tidak jelas dituangkan dalam bentuk peraturan, ia harus merunding dengan kepala sekolah. Tujuan kontrol bermacam-macam. Pada satu pihak diinginkan perubahan, pembangunan perluasan mobilitas sosial , dilain pihak ada usaha untuk mempertahankan status quo dan melestarikan norma-norma budayayang ada. Alat kontrol yang digunakan antara lain berupa syarat pemilihan dan pengangkatan guru, serta peraturan-peraturan kepegawai. Kontrol eksternal itu biasanya diterima dan disetujui oleh guru-guru dan diinternalisasikan dalam sikap mereka lalu menjadi norma yang dijadikan pegangan dalam kelakuan dan tindakan mereka sebagai pengajar.

G.    Perubahan Sosial dan Pendidikan
Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat berbeda–beda. perubahan dalam masyarakat terpencil berjalan lambat, akan tetapi bila dengan terbukanya komunikasi dan trasportasi daerah itu berkenalan dengan dunia modern, maka masyarakat ini akan berkembang dengan lebih cepat. Ada aspek-aspek kebudayaan seperti adat istiadat yang telah disanpaikan turun-temurun dalam bentuk aslinya, akan tetapi banyak pula adat kebiasaan yang mengalami perubahan, terutama dalam masyarakat modern.  

H.     Pendidikan Sebagai Daya Pengubah
Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan atau mentransmisi kebudayaan ,diantaranya nilai-nilai nenek moyang, kepada generasi muda. Dalam hal ini sekolahan merupakan “Agent of change” lembaga pengubah.sekolah mempunyai fungsi trasformatif.Akan tetapi dalam norma-norma sosial, seperti sturktur keluarga, agama, filsafat bangsa, sekolah cenderung mempertahankan yang lama dan dengan demikian mencegah terjadinya perubahan yang dapat mengancam keutuhan bangsa.

I.       Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat
Ada para pendidik yang meneruh kepercayaan yang bersar sekali akan kekuasaan pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Karena itu setiap anak diharapkan memsuki sekolah dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah dari pada yang sudah-sudah.

Tak dapat diharapkan bahwa guru-gurulah akan mengambil inisiatif untuk mengadakan reformasi, oleh sebab guru itu sendiri diangkat oleh pihak yang berkuasa dan telah menerima norma-norma yang dipersyaratkannya oleh atasannya. Tentu saja sekolahan dapat digunakan oleh yang berkuasa untuk mengadakan perubahan-perubahan radikal yang diinginkan oleh pihak yang berkuasa itu, seperti dilakukan oleh Hitler di Jerman partai komunis di Uni Sovye , Jepang didaerah jajahan may dulu dan sebagainya. Perubahan-perubahan itu antara lain tercermin dalam perubahan dan pembaharuan kurikulum dan sistem pendidikan peralihan dari zaman kolonial ke zaman kemerdekaan memerlukan berbagi perubahan kurikulum sampai sesuai dengan filsafat bangsa kita. [8]

J.      Hubungan antara Pendidikan dengan Masyarakat
Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat, karena apabila kita sadari arti pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan danaspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatan masyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik di rumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan timbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita. Bagi masyarakat sendiri, hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota.
Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing pereode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi. Dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga.
Selain itu, dimensi sejarah juga berbicara serupa. Ratusan tahun silam pendidikan berjalan beriringan dengan struktur dan kebutuhan sosial masyarakat setempat. Bagi masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan maka para pemuda memperoleh tranformasi pengetahuan lewat media komunikasi lisan yang berbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang tua mereka. Selain itu, pada siang hari pemuda-pemuda ini harus selalu sigap dan tanggap mempelajari, mencermati dan belajar. Mengaplikasikan teknik-teknik mencari nafkah yang dikembangkan oleh para orangtua baik itu menangkap ikan, memanah, beternak, berburu dan sebagainya. Dalam cerita-cerita lisan itu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan cara bersosialisasi yang berkembang di masyarakatnya. Tidak mengherankan apabila cerita yang sudah turun temurun diwariskan itu dianggap sebagai sesuatu yang bernilai suci. Sejarah, adat istiadat, norma-norma bahkan cara menangkap ikan atau berburu tidak hanya dipandang sebagai hasil pekerjaan manusia semata, tetapi memiliki makna sakral yang patut disyukuri dengan beberapa persembahan serta upacara-upacara ritual. Maka berbagai jenis konfigurasi pendidikan sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh Randall Collins, tentang tiga tipe dasar pendidikan yang hadir di seluruh dunia, yakni: Pertama, jenis pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikan yang dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikan kepada bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenis pendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang masih sederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau juga masyarakat agraris awal. Kedua, Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan untuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hak istimewa (privilige) kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada umumnya pendidikan ini dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis dan sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat agraris dan industri. Ketiga, tipe pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahan untuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan kepada masyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya memberi penekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat dan derajat.
tipe-tipe pendidikan tersebut telah mewarnai corak kehidupan masyarakat. Pada dasarnya ketiga jenis pendidikan di atas selalu hadir dalam setiap masyarakat hanya saja prosentasi penerapan salah satu karakter pendidikan berbanding searah dengan model masyarakat yang terbentuk. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata gelombang sejarah dunia juga menentukan model konfigurasi masyarakat dunia secara global dan hal ini juga memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan.
Dalam konteks sosial, pendidikan juga memiliki fungsi, peran dan kiprah lain yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah mapan. Tidak hanya puas dalam kondisi demikian pendidikan juga memberikan andil menterjemahkan nilai-nilai baru yang tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem dan struktur sosialnya. Sehingga dengan begitu masyarakat tidak pernah kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.


KESIMPULAN

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dan Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh didasarkan stabil.
Dan perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni faktor biologis lingkungan alamiah dan lingkungan sosial budaya. Sebagai manusia yang bermasyarakat hendaknya memiliki kepekaan terhadap pendidikan. Karena pendidikan itu akan membawa diri kitakearah yang lebih bermartabat. Namun tidak sedikit dari masyarakat kita mengabaikan pendidikan. Padahal pendidikan tidak hanya dapat kita peroleh dari sekolah formal saja, tetapi yang non-formal pun dapat kita peroleh ilmu guna bekal kita dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin maju dan perkembangan teknologi yang modern.
Karena pemerintah sendiri telah memberikan fasilitas yang memadai untuk rakyatnya yang hendak mengenyam dunia pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA
Waluya, Bagja, Menyelami Fenimena Sosial di Masyarakat untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial,  PT SETIA PURNA INVES, 2007.
Syarafuddin, dkk, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Sumatera Utara, Perdana Publishing, 2012.
Gazalba, Sidi, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Nasution, S., Sosisologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.


[1] Bagja Waluya, Menyelami Fenimena Sosial di Masyarakat untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial, 2007, PT SETIA PURNA INVES, hlm 47
[2] Prof. Dr. Syarafuddin, M. Pd, dkk, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Sumatera Utara, 2012, Perdana Publishing, hlm 11
[3]  Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, hlm. 11.
[5]  http://kampus215.blogspot.com/2012/07/pendidikan-dan-masyarakat_2151.html
[6]  Prof. Dr. S. Nasution, MA, Sosisologi Pendidikan, Jakarta, 2004, Bumi Aksara, hlm 11
[7] Prof. Dr. S. Nasution, MA, Sosisologi Pendidikan, Jakarta, 2004, Bumi Aksara, hlm 14-17