PENDAHULUAN
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah
society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi
tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen
(saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk
mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai
sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan
yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi
sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Pelapisan
sosial terjadi dengan sendirinya dan dengan disengaja. Adapun orang-orang yang
menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang
disusun sebelumnya oleh masyarakat itu tetapi berjalan secara alamiah dengan
sendirinya. Oleh karena itu sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk
pelapisan dan dasar dari pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu dan
kebudayaan masyarakat dan yang disengaja pelapisan yang disusun dengan
ditunjukkan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam sistem pelapisan ini
ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasannya yang
diberikan kepada seseorang.
Beberapa pemikiran tentang pelapisan
sosial tentang pelapisan sosial ini muncul karena adanya ketidaksamaan
status-status diantara individu-individu serta adanya ukuran tentang apa yang
sangat dihargai dan dijadikan ukuran oleh masyarakat. Penghargaan yang lebih
tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan
yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Hal ini juga berkaitan dengan
pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Oleh karenanya didalam
paper ini akan dibahas sedikit mengenai fenomena pendidikan dan masyarakat yang
ada di sekitar kita.
PEMBAHASAN
FENOMENA PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
Pendidikan mulai diterapkan sejak bayi berada dalam
kandungan ibunya. Pendidikan keluarga pun mulai dilaksanakan sebagai pendidikan
yang paling awal diterima oleh lingkungan si bayi. Pendidikan keluarga
merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh setiap orang dewasa atau orang
tua kepada orang lain sejak
yang bersangkutan dilahirkan. Orang tua
akan mengajarkan anaknya berjalan, berbicara, dan sopan santun. Dan proses
sosialisasi merupakan proses awal untuk mengenal lingkungan sosial kemudian
dipersiapkan untuk meneruskan nilai tradisi atau norma yang berlaku di
masyarakat jika yang bersangkutan siap menerima. [1]
Wikipedia, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Wikipedia,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
Indonesia merupakan salah satu negara yang tergolong
masih rendah mutu sumber daya manuasianya. Hal ini dapat dilihat dari laporan
UNDP tentang mutu Sumber Daya Manusia, menunjukan bahwa Indonesia berada pada
urutan 109, jauh dibawah Malaysia (61) dan Brunei (32), disamping itu Indonesia
masih kekurangan tenaga kerja berkualitas tinggi dan kurang dimanfaatkannya
sebagian besar tenaga kerja karena menganggur atau setengah menganggur .
keadaan ini akan terus berlanjut dimasa yang akan datang mengingat pertumbuhan
angkatan kerja masih akan terus akan meningkat sementara kesempatan kerja yang
tersedia akan semakin membutuhkan teknologi padat modal yang hemat tenaga kerja.[2]
Dari pernyataan diatas dapat di tarik
kesimpulan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik
secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan
berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik. Pendidikan
bertalian dengan trasmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan
aspek-aspek kelakuan lain nya kepada generasi muda. Kelakuan manusia pada
hakikat nya hampir seluruhnya bersifat sosial. Yakni dipelajari dalam interaksi
dengan manusia lainnya. Hampir semua yang kita pelajari merupakan hasil
hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah, tempat bermain, pekerjaan dan
sebagainya. Dalam arti ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertama individu
itu dengan anggota masyarakat lainnya, misalnya pada saat pertama kali bayi
dibiasakan minum menurut waktu tertentu. Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan
formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan
harus menguasai sejumlah kekuatan yang diharapkan pada saatnya tanpa ada nya
guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya. Juga dalam masyarakat
yang maju kebanyakan kebiasaan dan pola kelakuan yang pokok dalam kebudayaan
dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi informal. Bahasa,
kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh melalui
pendidikan tak formal.
Pengertian
pendidikan menurut para ahli :
1. Langeveld, Pendidikan adalah setiap usaha,
pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat
membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
2. John
Dewey,
Pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
3.
Ki Hajar Dewantara,
Pendidikan
adalah tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Istilah “masyarakat” kerap dipadankan
dengan istilah “sosial”. Istilah “masyarakat” sendiri pada mulanya berasal dari
kata syarikat dalam bahasa Arab, kemudian mengalami proses
kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam bahasa Indonesia menjadi kata
“serikat” yang kurang-lebih berarti “kumpulan” atau “kelompok yang saling berhubungan”.[3]
Definisi
/ Pengertian Masyarakat menurut beberapa ahli sosiologi dunia antara lain :
1) Menurut Selo
Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan.
2) Menurut Karl
Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan
organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3) Menurut
Emile Durkheim masyarakat merupakan
suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4) Menurut
Paul B. Horton & C. Hunt
masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama
dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai
kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok /
kumpulan manusia tersebut.
Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang
sudah teratur dan boleh didasarkan stabil. Sehubungan dengan ini maka dengan
sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam pembentukannya mempunyai
gejala yang sama. Istilah stratifikasi diambil dari bahasa Inggris yaitu
stratification, berasal dari kata strata, atau stratum yang berarti lapisan.
Oleh sebab itu social stratification sering diterjemahkan dengan pelapisan
masyarakat atau pelapisan sosial. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan
(status) yang sama menurut ukuran masyarakat dikatakan berada dalam suatu
lapisan stratum. Pitirim A. Sorokin memberikan definisi suatu masyarakat
sebagai berikut : suatu masyarakat ialah perbedaan penduduk atau masyarakat
kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hiearchis).[4]
Proses terbentuknya suatu masyarakat
biasanya berlangsung tanpa disadari yang diikuti oleh hampir sebagian besar
anggota masyarakat. Dorongan manusia untuk bermasyarakat antara lain:
1. Pemenuhan kebutuhan dasar biologis,
seperti papan (tempat tinggal), sandang, dan pangan yang penyelenggaraannya
akan lebih mudah dilaksanakan dengan kerja sama dari pada
usaha perorangan.
2. Kemungkinan untuk bersatu dengan
manusia lain (bermasyarakat).
3. Keinginan untuk bersatu dengan
lingkungan hidupnya.
4. Dengan memasyarakat kemungkinan
untuk mempertahankan diri dalam menghadapi kekuatan alam, binatang dan
kelompok lain lebih besar.
5. Secara naluriah manusia
mengembangkan keturunan melalui keluarga yang merupakan kesatuan
masyarakat yang terkecil.
6. Manusia mempunyai kecenderungan
sosial, yaitu seluruh tingkah laku yang berkembang akibat interaksi sosial
atau hubungan antar manusia. Dalam hidup bermasyarakat, kebutuhan dasar
kejiwaan ingin tahu, meniru, dihargai, menyatakan rasa haru dan
keindahan, serta memuja tertampung dalam hubungan antar manusia,
baik antar individu maupun kelompok.
Perdebatan sekitar lahir dan
terbentuknya masyarakat telah berlangsung semenjak era Plato. Kala itu, Plato
yang berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk secara kodrati,
berseberang-pandang dengan kaum sofis yang berargumen bahwa masyarakat
merupakan bentukan manusia. Dapatlah ditilik, pandangan Plato lebih
bersifat metafisik dan mengawang, sedang kaum sofis ilmiah-rasional.Dalam hal
ini, kiranya pembahasan mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih dititik beratkan
pada pandangan kaum sofis mengingat sifatnya yang ilmiah-rasional.
Merujuk pada perspektif terbentuknya
masyarakat melalui “manusia” (antroposentris), ditemui bahwa pada mulanya
individu yang berlainan jenis bertemu satu sama lain, kemudian membentuk
keluarga. Lambat laun, entitas keluarga kian berkembang sehingga membentuk
“keluarga besar” atau “suku”. Pada tahapan berikutnya, suku kian berkembang dan
terbentuklah “wangsa”. Selanjutnya, wangsa-wangsa dengan ciri fisik dan
kebudayaan yang sama membentuk “bangsa”. Tahapan termutakhir dari proses
tersebut adalah lahirnya “negara-bangsa” sebagaimana kita temui saat ini.
Menurut Kimmel and Aronson,
masyarakat tidak sekonyong-konyong ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik
melalui metode bottom-up maupun up-to-bottom. Individu-individu dan
lembaga-lembaga di dalam masyarakat saling berinteraksi satu sama lain yang
menyebabkan masyarakat juga dikatakan sebagai sekumpulan interaksi sosial yang
terstruktur. Terstruktur diartikan bahwa setiap tindakan individu ketika
berinteraksi dengan sesamanya tidaklah terjadi bergerak di ruang vakum karena
terjadi dalam konteks sosial. Misalnya, interaksi tersebut berlangsung di dalam
komunitas keluarga, kelompok keagamaan, hingga negara. Masing-masing konteks
membutuhkan perilaku yang spesifik, berbeda-beda. Namun, keseluruhan interaksi
tersebut diikat oleh norma serta dimotivasi oleh nilai-nilai yang diakui secara
bersama. Kata sosial mengacu pada fakta bahwa tidak ada individu dalam
masyarakat yang hidup sendiri. Individu selalu hidup di dalam keluarga,
kelompok, dan jaringan. Kata interaksi mengacu pada cara berperilaku disaat
berhubungan dengan orang lain. Akhirnya, dapat dikatan bahwa masyarakat diikat
melalui struktur sosial. Perilaku hubungan ini berbeda antara masyarakat satu
dengan masyarakat lain.
Sejalan dengan pemahaman masyarakat diatas maka menurut teori sibernetiknya
tentang General System Of Action
(Ankie M.M.. Hoogvelt : 1985) menjelaskan bahwa suatu masyarakat akan dapat
dianalisis dari sudut syarat-syarat fungsionalnya yaitu: Pertama, Fungsi
mempertahankan pola (Pettern Maintenance). Fungsi ini berkaitan dengan
hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem kebudayaan.
Hal itu berarti mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi dari masyarakat, oleh
kerena diorientasikan realitas yang terakhir. Kedua, Fungsi integrasi mencakup
jaminan terhadap koordinasi yang diperlukan antara unit-unit dari suatu sistem
sosial, khususnya yang berkaitan dengan kontribusinya pada organisasi dan
peranannya dalam keseluruhan sistem. Ketiga,
Fungsi pencapaian tujuan (Goal
Attaindment) yakni berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai
sistem sosial dengan sub sistem aksi kepribadian. Fungsi ini menyangkut
penentuan tujuan-tujuan yang sangat penting bagi masyarakat, mobilisasi warga
masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut; Keempat, fungsi adaptasi yakni
berkenaan dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub
sistem organisme perilaku dan dengan dunia fisik organik. Hal ini secara umum
menyangkut penyesuaian masyarakat terhadap kondisi-kondisi dari lingkungan
hidupnya.[5]
A. faktor-faktor
dalam perkembangan manusia
Perkembangan manusia dipengaruhi
oleh berbagai-bagai faktor yakni faktor biologis lingkungan alamiah, dan
lingkungan sosial budaya. Mengutamakan salah satu aspek memberikan gambaran
yang kurang tepat. kepribadian tak dapat dilepaskan dari aspek biologis. Lingkungan
alamiah seperti iklim dan faktor-faktor geografis lainnya memberikan tempat dan
bahan yang perlu bagi kehidupan seperti oksigen, bahan untuk produksi bahan
makan, hujan, matahari, dan sebagainya.
Lingkungan alam merangsang bentuk
kelakuan tertentu ,seperti laut untuk menangkap ikan, berlayar berdagang,
padang rumput untuk ternak dan lain sebaginya. Faktor ketiga dalam perkembangan
manusia ialah lingkungan sosial budaya, semua manusia hidup dalam suatu
kelompok dan saling berhubungan melalui lambang-lanbang, khususnya Bahasa manusia
mempelajari kelakuan dari ornag lain di lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial
budaya mengandung dua unsur yakni :
1. Unsur sosial
yakni interaksi diaantara manusia
2. Dan Unsur
budaya yakni bentuk kelakauan yang sama yang terdapat dikalangan kelompok
manusia.
Dalam proses sosialisasi manusia
mengembangkan lambang-lambang sebgai alat komunikasi, bahasa yang memudahkan transmisi
pengalaman kepada generasi muda. Seluruh pendidikan berlangsung melalui
interaksi sosial. Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnua
bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya.
Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan
orang lain dirumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Dan
sebagian dari masyarakat kita pada umumnya beranggapan bahwa orang yang
berpendidikan ialah orang yang telah bersekolah. Bila dalam mengisi formulir
ditanyakan tentang pendidikan seseorang, maka yang dimaksud ialah
sekolah-sekolah yang telah ditempuhnnya.
Melalui pendidikan terbentuklah
kepribadian seseorang. Boleh dikatakan hampir seluruh kelakuan individu
bertaian dengan atau dipengaruhi oleh orang lain. Maka karena itu kepribadian
pada hakikatnya gejala sosial. [6]
B. Pendidikan
dan Kebudayaan
Setiap bangsa, setiap individu pada
umumnya menginginkan pendidikan. Dengan pendidikan dimaksud disini pendidikan
formal, makin banyak dan makin tinggi pendidikan makin baik. Bahkan diinginkan
agar setiap warga negara melanjutkan pendidikannya sepanjang hidup.
Fungsi sekolah pada umumnya adalah
pendidikan intelektual, yakni “mengisi otak” anak oleh dengan berbgai
pengetahuan. Walaupun banyak kritik terhadap pendidikan dan guru, walau sisitem
pendidikan banyak mengandung kelemahan, namun pada umum nya orang percaya akan
manfaat pendidikan. Bukan hanya jumlah anak bertamabah meliputi anak-anak dari
semua golongan, termasuk mereka dari golongan rendah tingkat sekolah yang
diinginkan anak pun senantiasa meningkat dan oleh sebab itu arus anak yang
ingin memasuki.
C. Fungsi Sekolah
1. Sekolah menyiapkan anak untuk suatu pekerjaan
Anak yang telah menamatkan sekolah
diharapkan sanggup melakukan pekerjaan sebagai mata pencarian atau setidaknya
mempunyai dasar untuk mencari nafkahnya. Makin tinggi pendidikan, makin besar
harapanya memperoleh pekerjaan yang baik. Ijazah masih tetap dijadikan syarat
penting untuk suatu jabatan, walaupun ijazah itu sendiri belum menjamin
kesiapan seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu. Akan tetapi dengan
ijazah yang tinggi seorang dapat menjamin dan menguasai pekerjaan kepemimpinan
atau tugas lain yang dipercayakan kepadanya. Memiliki ijazah perguruan tinggi
merupakan bukti akan kesanggupan intelektualnya untuk menyelesaikan studinya
yang tidak mungkin dicapai oleh orang yang rendah kemampuannya. Sekolah yang
ditempuh seseorang banyak mementukan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang.
2. Sekolah
memberikan keterampilan dasar
Orang yang telah bersekolah
setidak-tidaknya padai membaca, menulis, dan berhitung yang diperlakukan dalam
masyarakat modern. Selain itu diperoleh sejumlah pengetahuan lain seperti sejarah,
geografi, kesehatan, kewarganegaraan, fisika, biologi, bahasa, dan lain-lain
yang membekali anak untuk melanjutkan pelajarannya, atau memperluas pandangan
dan pemahamannya tentang masalah-masalah dunia.
3. Sekolah
membuka kesempatan untuk memperbaiki nasib
Sekolah sering dipandang sebagai
jalan bagi mobilitas sosial. Melalui pendidikan orang dari golongan rendah
dapat meningkat ke golongan yang lebih tinggi. Orang tua mengharapkan agar
anak-anaknya mempunyai nasip yang lebih baik dan karena itu berusaha untuk
menyekolahkan anaknya jika mungkin sampai memperolah gelar dari suatu perguruan
tinggi, walaupun sering dengan pengorbanan yang besar mengenai pembiyayaannya.
Tidak jarang anak seorang guru SD di desa, penyapu karangan sekolah, pedagang
kecil atau sopir mempunyai anak di perguruan tinggi. Pada zaman sekarang
sekolah menengah apa lagi sekolah rakyat yang tidak berarti lagi bagi mobilitas
sosial atau memperbaiki status sosial seseorang. Akan tetapi gelar akademis
sangat membantu untuk menduduki tempat yang terhormat dalam dunia pekerjaan. Mereka
yang telah menduduki tempat tertinggi memandang pendidikan tinggi sebagai
syarat mutlak untuk mempertahankan status sosialnya.
4. Sekolah
menyiapkan tenaga pembangunan
Bagi negara-negara berkembang, pendidikan
dipandang sebagai alat yanga palinag ampuh untuk menyiapkan tenaga yang
terampil dan ahli dala segala sektor pembangunan. Kekayaan alam hanya
mengandung arti bila didukung oleh keahlian. Maka karena itu manusia merupakan
sumber utama bagi pembangunan negara.
5. Sekolah
membantu memecahkan masalah-masalah sosial
Masalah-masalah sosial diharapkan
dapat diatasi dengan mendidika generasai muda untuk mengelak atau mencegah penyakit-penyakit
sosial seperti kejahatan, pertumbuahan penduduk yang melewati batas,
pengrusakan lingkungan, kecelakaan lalu lintas, narkotika, dan sebagainya.
6. Sekolah
mentransmisi kebudayaan
Demi kelangsungan hidup bangsa dan
negara, kepada generasi muda disampaikan nilai-nilai yang dijunjung oleh bangsa
itu. Setipa warga negara diharapkan menghormati pahlawannya, menjujung tinggi
nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang dan dengan demikian meresapkan
rasa kesatuan dan persatuan bangsa.
7. Sekolah
membentuk manusia yang sosial
Pendidikan diharapkan membentuk
manusia sosial, yang dapat begaul dengan sesama manusia sekalipun berbeda-beda.
8. Sekolah
merupakan alat mentrasformasi kebudayaan
Sekolah, terutama Perguruan Tinggi diharapkan menambah
pengetahuan dengan mengadakan pemenuan-penemuan baru yang dapat membawa
perubahan dalam masyarakat.
9. Sekolah juga
dapat dipandang sebagai tempat penitipan anak, khusus nya anak-anak
pra-sekolah.[7]
D. Kontrol Sosial dan Pendidikan
Dengan kontrol sosial dalam arti
yang luas dimaksud setiap usaha atau tindakan dari seseorang atau suatu pihak
untuk mengatur orang lain. dalam arti yang sempit dengan kontrol sosial
dimaksud pengendalian eksternal atas kelakuan individu oleh orang lain yang
memegang otoritas atau kekuasaan.
E. Sekolah
Sebagai Alat Kontrol dan Integrasi Sosial
Sekolah memegang peranan penting
dalam sosialisasi anak-anak.ada empat cara yang dapat digunakan sekolah yakni:
a.
Transmisi kebudayaan ,termasuk norma-norma,
nilai-nilai dan informasi melalui pengajaran secara langsung.
b.
Mengadakan kumpulan-kumpulan sosial seperti
perkumpulan sekolah, pramuka, kelompok olah raga .dan lain-lain.
c.
Memperkenalkan anak-anak dengan tokoh yang dapat
dijadikan anak sebagai model yang dapat ditiru kelakuannya.
d.
Menggunakan tindakan yang positif dan negatif untuk
mengharuskan murid mengikuti kelakuan yang layak dalam bimbingan sosial.
F. Kontrol
Eksternal dan Pendidikan
Sumber kontrol. Kontrol langsung
disekolah bersumber langsung pada sekolah dan guru. merekalah yang menentukan
kelakuan yang bagaimana yang diharapkan murid-murid.Dalam hal guru menghadapi
situasi yang tidak jelas dituangkan dalam bentuk peraturan, ia harus merunding
dengan kepala sekolah. Tujuan kontrol bermacam-macam. Pada satu pihak
diinginkan perubahan, pembangunan perluasan mobilitas sosial , dilain pihak ada
usaha untuk mempertahankan status quo dan melestarikan norma-norma budayayang
ada. Alat kontrol yang digunakan antara lain berupa syarat pemilihan dan
pengangkatan guru, serta peraturan-peraturan kepegawai. Kontrol eksternal itu
biasanya diterima dan disetujui oleh guru-guru dan diinternalisasikan dalam
sikap mereka lalu menjadi norma yang dijadikan pegangan dalam kelakuan dan
tindakan mereka sebagai pengajar.
G. Perubahan
Sosial dan Pendidikan
Kecepatan perubahan sosial dalam
berbagai masyarakat berbeda–beda. perubahan dalam masyarakat terpencil berjalan
lambat, akan tetapi bila dengan terbukanya komunikasi dan trasportasi daerah
itu berkenalan dengan dunia modern, maka masyarakat ini akan berkembang dengan
lebih cepat. Ada aspek-aspek kebudayaan seperti adat istiadat yang telah
disanpaikan turun-temurun dalam bentuk aslinya, akan tetapi banyak pula adat
kebiasaan yang mengalami perubahan, terutama dalam masyarakat modern.
H. Pendidikan Sebagai Daya Pengubah
Pendidikan
berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan atau mentransmisi kebudayaan ,diantaranya
nilai-nilai nenek moyang, kepada generasi muda. Dalam hal ini sekolahan
merupakan “Agent of change” lembaga pengubah.sekolah mempunyai fungsi
trasformatif.Akan tetapi dalam norma-norma sosial, seperti sturktur keluarga,
agama, filsafat bangsa, sekolah cenderung mempertahankan yang lama dan dengan
demikian mencegah terjadinya perubahan yang dapat mengancam keutuhan bangsa.
I. Pendidikan
dan Pembaharuan Masyarakat
Ada para
pendidik yang meneruh kepercayaan yang bersar sekali akan kekuasaan pendidikan dalam
membentuk masyarakat baru. Karena itu setiap anak diharapkan memsuki sekolah
dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah dari pada
yang sudah-sudah.
Tak dapat
diharapkan bahwa guru-gurulah akan mengambil inisiatif untuk mengadakan
reformasi, oleh sebab guru itu sendiri diangkat oleh pihak yang berkuasa dan
telah menerima norma-norma yang dipersyaratkannya oleh atasannya. Tentu saja
sekolahan dapat digunakan oleh yang berkuasa untuk mengadakan
perubahan-perubahan radikal yang diinginkan oleh pihak yang berkuasa itu,
seperti dilakukan oleh Hitler di Jerman partai komunis di Uni Sovye , Jepang
didaerah jajahan may dulu dan sebagainya. Perubahan-perubahan itu antara lain
tercermin dalam perubahan dan pembaharuan kurikulum dan sistem pendidikan
peralihan dari zaman kolonial ke zaman kemerdekaan memerlukan berbagi perubahan
kurikulum sampai sesuai dengan filsafat bangsa kita. [8]
J. Hubungan
antara Pendidikan dengan Masyarakat
Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat, karena apabila
kita sadari arti pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan danaspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda
maka seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatan masyarakat.
Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan
orang lain baik di rumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya.
Wajar pula apabila segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan timbal
balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita. Bagi
masyarakat sendiri, hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan
proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya,
maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan,
keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki
oleh setiap anggota.
Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi
tertentu sesuai corak masing-masing pereode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan,
secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat
diartikan sebagai proses sosialisasi. Dalam pengertian tersebut, pendidikan
sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan
lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga.
Selain itu, dimensi sejarah juga
berbicara serupa. Ratusan tahun silam pendidikan berjalan beriringan dengan
struktur dan kebutuhan sosial masyarakat setempat. Bagi masyarakat sederhana yang
belum mengenal tulisan maka para pemuda memperoleh tranformasi pengetahuan
lewat media komunikasi lisan yang berbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang
tua mereka. Selain itu, pada siang hari pemuda-pemuda ini harus selalu sigap
dan tanggap mempelajari, mencermati dan belajar. Mengaplikasikan teknik-teknik
mencari nafkah yang dikembangkan oleh para orangtua baik itu menangkap ikan,
memanah, beternak, berburu dan sebagainya. Dalam cerita-cerita lisan itu
tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan cara bersosialisasi yang
berkembang di masyarakatnya. Tidak mengherankan apabila cerita yang sudah turun
temurun diwariskan itu dianggap sebagai sesuatu yang bernilai suci. Sejarah,
adat istiadat, norma-norma bahkan cara menangkap ikan atau berburu tidak hanya
dipandang sebagai hasil pekerjaan manusia semata, tetapi memiliki makna sakral
yang patut disyukuri dengan beberapa persembahan serta upacara-upacara ritual. Maka
berbagai jenis konfigurasi pendidikan sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh
Randall Collins, tentang tiga tipe dasar pendidikan yang hadir di seluruh
dunia, yakni: Pertama, jenis
pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikan yang dilaksanakan untuk
memberikan bekal keterampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat
diaplikasikan kepada bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenis pendidikan ini
dominan di dalam masyarakat yang masih sederhana baik itu berburu dan meramu,
nelayan atau juga masyarakat agraris awal. Kedua,
Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan untuk
mempertahankan prestise, simbol serta hak-hak istimewa (privilige)
kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada umumnya
pendidikan ini dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis dan
sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan
esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat
agraris dan industri. Ketiga, tipe
pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahan untuk melayani
kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan serta
berguna pula sebagai sarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan kepada masyarakat
awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya memberi penekanan pada ujian, syarat
kehadiran, peringkat dan derajat.
tipe-tipe pendidikan tersebut telah
mewarnai corak kehidupan masyarakat. Pada dasarnya ketiga jenis pendidikan di
atas selalu hadir dalam setiap masyarakat hanya saja prosentasi penerapan salah
satu karakter pendidikan berbanding searah dengan model masyarakat yang
terbentuk. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata gelombang sejarah
dunia juga menentukan model konfigurasi masyarakat dunia secara global dan hal
ini juga memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan.
Dalam konteks sosial, pendidikan
juga memiliki fungsi, peran dan kiprah lain yang berkorelasi dengan
kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah mapan. Tidak hanya puas dalam kondisi
demikian pendidikan juga memberikan andil menterjemahkan nilai-nilai baru yang
tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan
sistem dan struktur sosialnya. Sehingga dengan begitu masyarakat tidak pernah
kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.
KESIMPULAN
Menurut UU No.20
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dan Masyarakat merupakan suatu kesatuan
yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh didasarkan stabil.
Dan perkembangan manusia dipengaruhi
oleh berbagai faktor yakni faktor biologis lingkungan alamiah dan lingkungan
sosial budaya. Sebagai manusia yang bermasyarakat hendaknya memiliki kepekaan
terhadap pendidikan. Karena pendidikan itu akan membawa diri kitakearah yang
lebih bermartabat. Namun tidak sedikit dari masyarakat kita mengabaikan
pendidikan. Padahal pendidikan tidak hanya dapat kita peroleh dari sekolah
formal saja, tetapi yang non-formal pun dapat kita peroleh ilmu guna bekal kita
dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin maju dan perkembangan
teknologi yang modern.
Karena pemerintah sendiri telah
memberikan fasilitas yang memadai untuk rakyatnya yang hendak mengenyam dunia
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Waluya,
Bagja, Menyelami Fenimena Sosial di Masyarakat untuk Kelas XII Sekolah
Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial, PT SETIA PURNA INVES, 2007.
Syarafuddin,
dkk, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Sumatera Utara, Perdana
Publishing, 2012.
Gazalba,
Sidi, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, Jakarta:
Bulan Bintang, 1976.
http://lailatur-rahmah.blogspot.com/2011/05/pendidikan-dan-masyarakat-pendidikan.html http://kampus215.blogspot.com/2012/07/pendidikan-dan-masyarakat_2151.html
Nasution,
S., Sosisologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
[1]
Bagja Waluya, Menyelami Fenimena Sosial di Masyarakat untuk Kelas XII Sekolah
Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial, 2007, PT SETIA
PURNA INVES, hlm 47
[2]
Prof. Dr. Syarafuddin, M. Pd, dkk, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Sumatera Utara, 2012, Perdana Publishing, hlm 11
[3] Sidi Gazalba, Masyarakat
Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, Jakarta: Bulan
Bintang, 1976, hlm. 11.
[5] http://kampus215.blogspot.com/2012/07/pendidikan-dan-masyarakat_2151.html
[6] Prof. Dr. S. Nasution, MA, Sosisologi
Pendidikan, Jakarta, 2004, Bumi Aksara, hlm 11
[7]
Prof. Dr. S. Nasution, MA, Sosisologi Pendidikan, Jakarta, 2004, Bumi Aksara,
hlm 14-17